Kabar SulawesiKabar Sulsel

Suhu Permukaan Laut Alami Kenaikan, Sulsel Hadapi Cuaca ini

Fenomena panas menyengat belakangan melanda wilayah Barat Sulsel. Hal ini kerap diikuti cuaca tak menentu seperti hujan deras disertai dengan petir.

Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Agus menjelaskan, fenomena panas menyengat ini akibat terjadi kenaikan suhu permukaan laut (SPL) sampai dua derajat Celcius di seluruh Indonesia.

SPL sendiri merupakan anomali yang terjadi karena pemanasan bumi. Khusus di Sulsel suhu normal mencapai 28 sampai 30 derajat celcius, mengalami kenaikan menjadi 29 sampai 31 derajat celcius.

Sayangnya kenaikan ini terjadi secara acak, dan berjangka. Kondisi ini jugalah yang menjadi salah satu faktor terjadi pertumbuhan awan yang intens di Selat Makassar. Selain itu terjadi belokan dan pertemuan angin menyebabkan perkumpulan awan di satu titik bagian Barat Sulsel.

Alhasil kerap terjadi hujan susulan setelah panas menyengat melanda. Keduanya masuk dalam kategori anomali gangguan. “Ini tidak bisa diprediksi, seperti angin, dia secara periodik, sekarang kan angin timur. Itu per enam bulan terus barat, kalau gangguan seperti itu pindah-pindah dan kebetulan ini di Makassar,” jelas Agus, Rabu, 18 Mei.

Sementara itu Prakirawan BMKG Sitti Nurhayati melanjutkan untuk perhitungan masuknya musim panas bisa dihitung dari jumlah hujan yang turun selama tiga dasarian atau dalam 30 hari terakhir, di mana jika di bawah 50 milimeter maka bisa disimpulkan daerah itu sudah memasuki musim hujan “Sulsel bagian barat itu sudah masuk karena kurang dari 50 mililiter,” jelasnya.

Kondisi ini sudah terjadi sejak akhir April lalu, sehingga bisa disimpulkan Makassar dan sekitarnya sudah memasuki musim panas pada akhir April atau awal Mei ini, kendati masih mengalami anomali hujan.

Sedangkan untuk wilayah Utara masih memasuki tahap konversi, saat ini intensitas hujan di sana masih cukup tinggi di atas 50. Hujan di wilayah-wilayah tersebut masih kerap terjadi tiap hari.

Untuk wilayah timur dan selatan perlahan mengalami perubahan seperti yang terjadi di wilayah barat Sulsel. Dia mengatakan hujan yang terjadi belakangan setelah panas menyengat adalah anomali normal, musim kemarau biasanya tetap terjadi hujan meski dengan intensitas lebih kecil. “Jadi pelan-pelan ini nanti berkurang,” terangnya.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *